Bakat kognitif adalah sangat memperhatikan, penuh keingin tahuan, sangat tertarik, atensinya panjang, kemampuan untuk mengetahui alasan (reasoning) sangat baik, perkembangan tentang abstraksi, konseptual dan sintemasis baik, dengan mudah dan cepat dapat melihat adanya hubungan antara ide, objek dan fakta, proses berpikirnya cepat dan fleksibel. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah (problem solving) nya sangat baik, belajarnya cepat, dengan sedikit praktek dan pengulangan
.
Bakat sosial dan emosional yaitu tertarik dengan hal-hal philosofi dan sosial, sangat sensitive dan emosional, sangat memperhatikan kejujuran dan keadilan, perfeksionis, energic, rasa humornya berkembang baik, umumnya termotivasi dari dalam dirinya sendiri, hubungan baik dengan orangtua, guru dan orang dewasa lain.
Anak Kita Harus Pintar
Bakat bahasa perbendaharaan katanya sangat banyak, dapat membaca pada usia sangat dini, membacanya cepat dan sangat luas, sering bertanya tentang “bagaimana kalau”.
Bakat yang lain : senang mempelajari sesuatu yang baru, menyenangi aktifitas intelektual, malakukan permainan intelektual, lebih memilih buku bacaan untuk anak yang lebih besar, skeptis, kritis dan penuh evaluative, perkembangannya asinkron (Bainbridge).
Menurut Bainbridge, anak berbakat sudah dapat terlihat sejak masak kanak, dimana anak menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:
PROSES BELAJAR PADA ANAK CERDAS ISTIMEWA
A. Dengan ditemukannya MRI kepala fungsional dapat diketahui bagaimana proses berpikir pada anak cerdas istimewa.
Aktifitas otak yang ditimbulkannya menyeluruh, terencana dan kompeks dan memerlukan koordinasi yang beragam dari visual (penglihatan), spatial (ruang), verbal (tutur kata) dan daerah sensorik diotak. Jadi merupakan pengorganisir yang baik dari informasi multimodal (beragam). Jarang yang hanya berpikir dengan satu jenis rangsangan. Sehingga pada anak in diperlukan aspek edukasi yang terorganisir.
Pada anak ini juga terdapat peningkatan aktifasi sensorik dan kesiagaan. Pada dasarnya otak anak cerdas istimewa adalah hipersensitif, dan akan bertambah dengan latihan. Hal ini bukan hanya terjadi saat pemahaman awal, tapi juga saat melakukan pengumpulan kembali (rekoleksi). Karena impresi pemahaman awal berhubungan dengan proses pengumpulan impresi berikutnya maka, otak anak ini juga ditandai dengan adanya peningkatan efisiensi dan kapasitas memori.
Daya ingat tersebut tidak hanya untuk sesuatu yang jelas dan enduring memory, tapi juga ditandai dengan multimodal, melibatkan beberapa daerah memori misalnya asosiasi personal, modalitas sensorik yang beragam misalnya warna, suara, bau, gambar visual, verbal dan impresi yang dialami. Multimodalitas ini menunjukan pada anak cerdas istimewa akan membuat hubungan2 saraf yang tidak biasanya terjadi. Seringkali mereka mempunyai kemampuan special untuk berpikir secara asosiasi/menghubungkan (termasuk analogy dan metafora), dalam analisa dan keterampilan yang terorganisir.
Dengan adanya karakteristik otak yang special tersebut, anak cerdas istimewa menyenangi sensasi yang jelas, ingatan yang tidak biasa (extraordinary), senang mempelajari ilmu pengetahuan, mengadakan asosiasi yang beragam, kemampuan analitiknya lebih besar. Tapi karakteristik ini dapat menimbulkan efek lain yaitu kebenyakan input sensorik, emosional dan memori, hipersensitivitas sensorik,disorganisasi personal, cepat teralih dengan rangsang sensorik, proses yang terlambat karena banyaknya pilihan (option) dan kelelahan mental.
Untuk menjaga keseimbangan tersebut diperlukan kerjasama antara otak bagian depan kanan dan kiri, dimana otak kiri berfungsi sebagai pusat perencana gerak (menentukan tujuan prioritas, cara bekerja secara detail, strategi yang digunakan) dan otak kanan sebagai pusat kreatifitas (mengkombinasikan ide, sensasi, imaginasi, membuat pendekatan alternative).
Kunci untuk dapat berpikir secara optimal adalah dengan mempertahankan komunikasi yang produktif dan kerjasama antara kedua otak. Keterampilanyang kelihatannya analitik, misalnya matematika, ternyata juga memerlukan imajinasi, berpikir asosiasi; sementara itu keterampilan yang tampaknya abstrak dan kreatif memerlukan perencanaan yang detail (Eide).
B. Beberapa anak berbakat, belajar secara efektif melalui proses non-auditory (bukan dengan proses pendengaran).
Karena anak ini sulit untuk belajar secara efektif dalam ruang kelas tradisional, sehingga penampilannya berada dibawah anak seusianya. Walaupun demikian, dengan sifat keberbakatannya, secara intrinsic mereka menyadari kekurangannya dalam pencapaian prestasi. Mereka mogok sekolah dan seringkali menjadi perusak dikelas atau dirumah menunjukan karakteristik anak berbakat dengan kesulitan belajar. Frustasi, konflik dari dalam, rasa bosan, sulit menemukan teman bermain yang sesuai, kepercayaan diri kurang (Pittelkow).
Anak ini disebut mengalami deficit proses pendengaran sentral (Central Auditory Processing Deficit, CAPD). Proses pendengaran sentral adalah keadaan dimana anak mengerjakan sesuai dengan suara yang didengar. Untuk itu anak harus mempunyai kemampuan untuk mendengar suara secara normal. Jadi harus dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa pendengarannya normal (Pittelkow).
Untuk suatu proses pendengaran sentral yang baik dibutuhkan:
- Kemampuan untuk melokalisir dan menentukan arah suara
- Diskriminasi auditory, yaitu kemampuan untuk mengenal perbedaan antara beberapa suara yang berbeda
- Pengenalan pola auditory, yaitu kemampuan untuk mengenal pola suara misalnya silabel dan kata dengan multi silabel
- Pendengaran berdasarkan pola waktu: yaitu kemampuan untuk mengenali serangkaian suara secara berurutan berdasarkan waktu
- Kemampuan auditory untuk mengenali signal akustik yang bergradasi, misalnya bicaranya lembut, volume rendah
- Kemampuan auditory untuk mengenali kompetisi signal akustik yaitu kemampuan untuk mendengar seseorang bicara ditempat keramaian.
Anak dengan CAPD akan menunjukan gejala ketidak ikut sertaan dalam diskusi dikelas atau minder, kelihatan menarik diri, seolah tak mendengar, tidak memperhatikan dikelas dan mempunyai kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap presentasi yang memerlukan pendengaran, cepat teralih, bekerja baik dikelas yang terorganisir baik, kesulitan dalam mengikuti suruhan verbal yang kompleksdan melokalisir suara (Pittelkow).
Pada pemeriksaan dapat ditemukan adanya nilai kemampuan IQ verbal yang lebih rendah disbanding performance, kemampuan membaca dan mengejanya buruk, kurang trampil dalam hal motorik kasar dan halus, kemampuan menyanyi dan bermain music buruk, ada riwayat sakit telinga tengah, kemungkinan ada riwayat yang sama pada anggota keluarga (Pittelkow)
Karena pada anak berbakat (cerdas istimewa) biasanya terbentuk strategi belajar sendiri atau menggunakan pengetahuan yang sudah ada untuk menutupi kekurangannya, mereka tidak selalu menunjukan gejala tipikal CAPD. Kekurangan tersebut baru terlihat bila mereka harus berhadapan dengan situasi yang baru, dimana belum terbentuk strategi alternative.
Didalam kelas, anak cerdas istimewa yang mengalami CAPD hampir selalu menggunakan visual clues (patokan-patokan visual) untuk menyelesaikan tugas. Seringkali mereka sudah mengerti apa yang diterangkan guru, karena mereka telah belajar sendiri dirumah menggunakan computer, televise atau buku bacaan, sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dikelas. Dia dapat menebak apa yang diinginkan guru dari apa yang didengar dan yang dilihat. Atau sebaliknya anak tidak berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan atau disruptif. (Pittelkow).
C. Cara belajar anak berbakat adalah melalui proses penglihatan (visual learner), proses berpikirnya berupa gambar dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk menerjemahkan gambar menjadi kata kata (Silverman 2002). Dapat disertai dengan adanya kelemahan dalam proses berurutan (sequential), pemanggilan kata, dan kesulitan dalam pekerjaan yang memerlukan keberuntunan misalnya membaca, mengeja, berhitung, menulis, mengorganisir (Silverman 2002).
Dapat membaca pada usia dini dan berpikir secara abstrak.
Mereka melihat secara 3 dimensi, sehingga dapat melihat objek dari berbagai perspektif. Mereka unggul dalam hal puzzles, membaca peta, konstruksi, seni, ilmu pengetahuan, music, mesin, computer, pemecahan masalah, kreatifitas dan empati. Kemampuan ini sesuai dengan jaman tehnologi, dan akan meningkatkan kesempatan bekerja pada usia dewasa. Tapi mereka tidak sesuai dengan tuntutan disekolah yang pola pengajarannya terfokus pada kemampuan otak kiri, keterampilan yang berurutan. Walau sudah ada perubahan dengan pola pengajaran disekolah, anak dengan pola pembelajaran visual tetap kurang berprestasi (Silvester 2002).
Terdapat beberapa penyebab mengapa anak berbakat tidak optimal berprestasi yaitu disfungsi integrasi sensorimotor, gangguan dalam memproses pendengaran sentral, kesulitan memproses visual, gangguan atensi (perhatian) dan hiperaktif, disleksia. Kebanyakan kelainan ini berpengaruh terhadap otak kanan, proses berurutan, dan meningkatkan kesempatan anak untuk menjadi otak kanan, dengan proses pembelajaran visual (Silvester 2002).
Dapat pula pada anak tersebut terdapat gangguan dengar yang terjadi pada usia 1 tahun, atau kesulitan pada saat dilahirkan sehingga akan mempengaruhi perencanaan gerak motorik halus, yang dibutuhkan untuk kelancaran gerak, kecepatan dan kenyamanan pada saat menulis (Silvester 2002); ini dapat diatasi dengan memberi kesempatan pada anak untuk menulis dengan menggunakan keyboard.
Sering kali ditemukan adanya keterlambatan motorik yang terjadi pada usia dini. Hal ini harus dikenali karena harus dikoreksi sebelum usia 8 tahun, dimana ini periode emas untuk memperbaiki disfungsi sensori motor. Sering kali karena melihat adanya keunggulan pada area kemampuan yang lain, guru dan dokter anak bersikap menunggu dan mengharapkan keterlambatan motorik tersebut akan membaik dan dapat mengejar keterlambatannya (Silvester 2002). Jadi harus dilihat adanya gerakan yang canggung, mengganti ganti tangan pada saat beraktifitas, tidak mampu menggerakan tangan menyilang garis tengah, kesulitan dalam menulis dan menggambar (Silvester 2002).
Infeksi telinga yang berulang akan berefek pada pendengaran frekuensi tinggi, yang berperan dalam mengatur proses bicara dan motorik halus untuk keberuntunan pada saat menulis. Frekuensi yang tinggi ini diproses di otak kiri, sedangkan frekuensi rendah diproses di otak kanan, sehingga adanya gangguan yang terjadi pada periode kritis belajar menyebabkan otak kiri kurang dirangsang dan kurang berkembang.
Frekuensi tinggi ini berperan pada proses berurutan dan bahasa, itulah sebabnya gangguan disini akan menyebabkan kesulitan dalam menulis. Itulah sebabnya anak dengan visual learner tidak suka menulis (Silvester 2002). Doreen Kimura (1993) menemukan bahwa fungsi otak kiri juga banyak berhubungan dengan gerakan tertentu dari tangan dan dalam mengontrol otot mulut dan tangan. Pada perkembangan berikutnya dengan berkembangnya kemampuan manipulasi ketangkasan tangan, ini merupakan dasar yang berguna untuk membangun sistim komunikasi, pertama tama dengan gesture (gerakan tubuh) dan menggunakan tangan kanan, kemudian menggunakan otot-otot untuk bicara (vocal), dengan demikian otak kiri ini berperan mengontrol sistim motorik yang berhubungan dengan ekspresi linguistic (bahasa) baik itu bicara maupun menulis (Springer & Deutch 1998).
Pada visual spasial learner, tangan kanan yang banyak digunakan untuk menulis yang diatur oleh otak kiri lebih lemah dibanding otak kanan yang mengatur hal yang tidak berurutan (non sekuensial).
Pada anak yang sangat berbakat, pengaruh bahasa dan bicara tidak begitu terlihat karena ia dapat menggunakan sebab-sebab yang abstrak untuk menebak kata yang tidak jelas didengarnya. Tapi karena hanya sedikit korelasi antara kepandaian umum dan menulis tangan atau mengeja, kemampuan abstraksi ini tidak banyak menolong. Sehingga anak berbakat yang sering mendapat infeksi telinga pada usia 1 tahun, perkembangan bahasanya sering tepat waktu, tapi mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan menulis (Silvester 2002).
Proses menulis itu sendiri terdiri dari beberapa kemampuan yang saling berhubungan yaitu; memformulasikan gagasan, merubah gagasan menjadi sekumpulan kata, membuat menarik, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan gagasan, membuat pikirannya cukup komunikatif dengan pembaca, ejaan, tata bahasa, pemisahan antar kata, penempatan huruf besar, pemilihan kata yang tepat, struktur kalimat, menulis (Silvester 2002).
Untuk visual learner hanya memformulasikan gagasan yang mudah dilakukannya, gagasan-nya cemerlang, sesuatu yang baru, ceritera yang menarik, memecahkan masalah. Tapi mengalami kesulitan dalam melakukan proses menulis yang selanjutnya, mereka kesulitan untuk merubah gagasan menjadi kata, tidak mau menulis, sehingga gagasan-nya yang banyak dan cemerlang tetap tertahan tidak tersekspresikan (Silvester 2002).Mengorganisir pikiran kedalam bentuk yang komunikatif juga merupakan suatu proses yang berurutan.
Gambar adalah suatu kesatuan yang utuh, dan bukan suatu yang berurutan. Pada visual learner seluruh gagasan sama pentingnya dan seluruh detail pada gambar adalah saling berhubungan, jadi sulit untuk mengekspresikan gagasan-nya. Selain itu harus juga diperhatikan ejaan, tata bahasa, penggunaan kata, struktur kalimat, pemisahan kata, huruf besar, yang kesemua ini tidak ada hubungannya dengan gambar. Selain itu juga harus menulis tangan, yang sulit dikerjakan walaupun anak dapat menggambar detail dengan baik, karena gerakan motorik halus yang berurutan untuk menulis tidak dapat dikerjakan secara otomatis dan digunakan sebagai alat untuk belajar dan berekspresi (Silvester 2002).
Menulisnya buruk, ada yang menyebutnya disgrafia/ gangguan menulis (pedagogi), disfungsi integrasi sensori motor (okupasi terapi), gangguan visual motor, gangguan perkembangan koordinasi (psikolog), gangguan menulis. Ini bisa diatasi dengan menggunakan keyboard dan memperkenalkan computer sedini mungkin, dengan demikian akan merangsang kedua belahan otak (otak kanan & otak kiri) dan akan mengurangi kelemahan yang terjadi pada otak kiri.
Pembatasan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan membuat visual learner panic dan tidak dapat berpikir. Mereka tidak dapat megeluarkan pengetahuannya dan tidak dapat menemukan kata-kata. Mereka membutuhkan lingkungan belajar yang lebih nyaman, tidak ada tekanan.
Pada anak yang banyak diam saat ulangan, kelihatannya berpikir lambat, selalu terahir dalam menyelesaikan tugas menulis, tulisannya lambat dan jelek, anak tersebut harus dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada anak yang kelihatannya memproses sesuatu dengan lambat akan memerlukan lingkungan kelas yang tidak ada pembatasan waktu saat ulangan, perlu waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan dikelas, diijinkan mengerjakan pekerjaan dengan menggunakan keyboard, diijinkan menyelesaikan pekerjaan dirumah.
Adaptasi tersebut akan bermanfaat untuk membuka jalan bagi anak untuk meningkatkan penerimaam dan melanjutkan ketingkat berikutnya (Silvester 2002)
Please Join Comunity Online