Drs. Suryadharma Ali, MSi seorang birokrat yang berpenampilan necis, pernah menjabat sebagai Menteri Negara Koperasi dan UKM sejak 2004 – 2009. Dan pada periode ke dua jabatan presiden SBY, dia masih mendapat kepercayaan, untuk memegang kepemimpinan puncak di departemen agama , disamping seorang birokrat yang dipercaya sampai duakali jabatan menjadi menteri, Suryadharma Ali juga sorang poilitisi handal. Pernah menjadi anggota DPR bahkan menjadi ketua komisi V yang membidangi pehubungan pekerjaan umum perumahan rakyat dll. Sejak bulan Mei yang lalu ketua Umum PPP aktifitas SDA muncul tenggelam muncul tenggelam, yaitu sejak KPK menetapkannya sebagai tersangka kasus dugaan korupsi haji.
Kini SDA tampak seperti karikatural robot, kebingungan, raut muka menunjukan rasa percaya dirinya kian merosot, tidak tampak seorang figure politikus ulung yang disegani. Bagaimana tidak, dalam beberapa bulan terakhir ini hujatan kritikan, datang silih berganti, Yang paling mencengangkan banyak pihak, ketika KPK menetapkan SDA sebagai tersangka korupsi dana haji. Bagaimana tidak, bukankah SDA seharusnya menjadi contoh keteladanan untuk anak-anak bangsa ini? Contoh keteladanan perilaku, terutama dalam mengedepankan kejujuran, amanah.? Berani mawas diri, dan instropeksi, mulat sari angrasa wani.
Apa yang dilakukannya selama ini, sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama, sehingga merupakan pukulan telak dan sangat telak, bahkan menjungkirbalikan kepercayaan masyarakat, khususnya kepada institusi agama yang dipimpinnya. Untuk seorang SDA dengan jabatannya sebagai menteri Agama, berarti bosnya birokrat di jajaran kementeriannya. SDA adalah pinpinan birokrasi dari sebuah lembaga keagamaan pemerintah, alangkah kontras perilaku nya dengan amanah yang diembannya. Dia sudah memanfaatkan peluang kepemimpinannya, digunakan untuk perbuatan haram, memberikan penunjukan tidak sah terhadap teman atau mungkin kerabatnya yang lain untuk berangkat ke tanah suci, tanpa menghiraukan banyak antrian yang bertahun-tahun menunggu gilirannya dengan penuh harap dan cemas.
SDA adalah ketua umum partai politik, malah merupakan partai agama, dampaknya sangat besar, kepada diri sendiri, akan tetapi juga kepada orang lain, keluarga, sahabat, bahkan bangsa ini. Tidak terkecuali, kepada Pak Brabowo sebagai partner hubungan sosial politiknya. Apa korelasinya dengan Pak Prabowo, dalam peristiwa ini, sangat jelas Pak Prabowo sangat dirugikan. Bukankah Hubungan sosial politik dibangun bukan saja untuk saling memperkuat dan saling memberikan kontribusi dalam kebaikan antar PPP dan GERINDRA, tetapi juga untuk membangun bangsa ini kedepan, agar lebih baik harkat dan martabatnya? Menciptakan kesejahteraan rakyat, dan keadilan sosial?
SDA telah melakukan langsung praktek kolusi , nepotisme, menggunakan fasilitas Negara, memberangkatkan kolega dan kerabat, yang seharusnya tidak dilakukannya. Hal ini membuat masyarakat anti pati, tentu saja Prabowo terkena getahnya, berakibat menurunkan elektabilitasnya di publik. Prediksi Pihak Prabowo saat itu, bahwa pemilu presiden tentu akan dimenangkannya, tidaklah berlebihan. Bukankah GERINDRA partai yang relative lebih muda dari PPP mampu menempatkan dirinya menjadi peringkat ke tiga terbesar setelah GOLKAR? Prabowo juga sangat memperhatikan kaum tani, dan pedagang kecil, ini dibuktikan dengan kepercayaan publik kepada Prabowo untuk memimpin HKTI, APPSI, dan organisasi lainnya. Disamping berhasil menghimpun kekuatan rakyat bawah, Prabowo juga professional bidang bisnis, disegani kawan dan lawan. Kali Prabowo lengah, SDA yang berbuat, tetapi diri Prabowo dan GERINDRA yang ikut rugi. Tetapi “saya harus memaafkannya”.
Prabowo tidak putus asa, ia dan kawan-kawannya terus berjuang dengan memompa diri menarik dukungan rakyat, hasilnya positif, dengan adanya peningkatan tingkat kepercayaan rakayat yang naik secara signifikan sejak medio pebruari 2014 sd pekan pertama bulan Agustus 2014. Hasil survey begitu melejit grafik survey hampir memotong popularitas Jokowi, bahkan sebagian hasil dari lembaga survey yang lain, Prabowo sudah leading terhadap popularitas Jokowi. Tetapi apa yang terjadi pada babak final? Semua hitung matematis, prediksi para pakar, harapan , semuanya lenyap. Apa sebenarnya, factor utama penyebab tak tercapainya kemenangan di pihak Pak Prabowo? Tidak lain, karena terimbas langsung pengaruh perbuatan dari SDA yang “melik nggendong lali”. Yaitu kasus Korupsi, korupsi, dengan ditetapkannya SDA sebagai tersangka dugaan penyelewengan penyelenggaraan dana haji, termasuk pengadaan pemondokan haji dan katering oleh KPK. Pak Prabowo dan GERINDRA-nya sekaligus, terkena imbas yang sangat menyakitkannya, yaitu menurunnya lagi popularitasnya Pak Prabowo.
Kerugian Pak Prabowo dan GERINDRA-nya bertambah, ketika SDA nekad menghadiri di acara kampanye calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Gegap gempita suara kampanye, Dengan suara penuh semangat mereka menyampaikan jadilah pemimpin yang tidak berbohong, jadilah pemimpin yang jujur. Sekarang ini ada jaman edan karena pemimpin senang berbohong, orang jujur dihancurkan, padahal agama mengajarkan kejujuran. Masyarakat yang menyaksikan langsung, maupun melalui layar tv, bukan menjadi terang benderang pemahamannya terhadap Pak Prabowo, dan bagaimana memilih pemimpin yang jujur, tetapi dibuat bertambah bingung. Sebabnya adalah kehadiran SDA dalam acara kampanye tersebut. Bagaimana tidak, mensuarakan kejujuran, tetapi yang datang SDA, orang yang lagi tersandera ketidakjujuran. Bagaimana reaksi Pak Prabowo, atas kehadiran SDA? Sesaat tentu dibuatnya bingung, akan tetapi, mengingat SDA adalah salah seorang tokoh yang dihormati dikalangan umat, Pak Prabowo-pun maklum. Ya diterima dengan baik. Diterima dengan ikhlas. Walaupun dalam, hatinya mengatakan, kedatangan SDA kali ini tidak membawa kontribusi positip, lagi-lagi kerugian moral, bahkan menurunkan semangat para pendukung kampanye. Dan paling dikhawatirkan adalah masyarakat mensikapinya dengan sisnis.
Lagi-lagi kisruh muncul lagi, datangnya hanya dari satu partai politik di koalisi Merah Putih, Walaupun hanya dari SDA, bolak-balik dari SDA, tetapi dampak hamtaman begitu terasa yang menimpa Pak Prabowo dan Gerindra, ketika para elite partai PPP beramai-ramai menyalahkan SDA atas kehadirannya di Kampanye Pak Prabowo. Mereka beralasan kedatangan Ketum PPP SDA ke kampanye Gerindra, sangat menurunkan suara partai. Kekisruhanpun muncul, saling tuding, mempertahankan argument masing-masing. Kekisruhan berujung pada pemecatan Waketum Suharso Monoarfa, Ketua DPW Jabar Rahmat Yasin, Ketua DPW Jatim Musyaffa Noer, Ketua DPW Sulsel Amir Uskara, dan Ketua DPW Sumut Fadli Nursal. Dampaknya adalah ada pihak yang diuntungkan (Ya Pak Jokowi), demikian pula ada pihak lain yang dirugikan. Pak Prabowo dan GERINDRA, sekali lagi dirugikan secara moral politik. Koalisi dibangun sedikitnya untuk penyeimbang, kalau munkin dapat mengendalikan dan mengontrol lawan politiknya, kalau bisa lagi ya untuk meng impeach (ini jahat jangan ditiru). Masyarakat dengan mudah menilai, koalisi yang dibentuk Prabowo sangat rapuh. Kelak seandainya Koalisi merah putih menang, jaminan terciptanya pemerintahan stabil sulit tercapai.
Konflik internal di partai berlambang Ka’bah inipun berlanjut, SDA diberhentikan oleh sejumlah petinggi partai, mulai dari Sekjen M. Romahuemuziy, Wakil Ketua Umum Emron Pangkapi, dan Suharso Monoarta. Dari kubu SDA membalasnya dengan mengeluarkan keputusan pemecatan terhadap sejumlah petinggi partai, karena dianggap tidak mentaati AD/ART. Huru hara yang menimpa PPP, kali inipun hakekatnya pukulan bagi Prabowo dan Gerindra, pelan-pelan tapi pasti, rakyat semakin muak, akibat serius adalah Prabowo banyak ditinggalkan baik oleh kawan politiknya, “Gara-Gara Berteman Dengan SDA”.
Gejala ini sudah mulai terlihat. Hadirnya Emron Pangkapi Plt Ketua Umum PPP di Rakernas PDIP September ini. Apalagi Suharso Monoarta dan Pak Hamzah Haz , sudah jauh hari sering melakukan pendekatan politik dengan Megawati. Dua orang tokoh senior partai berlambang ka’bah, kadang malah bermanufer lewat lorong-lorong politik, siapa kader PPP yang digaet untuk mendukungnya. Mereka adalah para kader muda partai, yang notabene paradigma politiknya masih sederhana, harus berada di kubu pemerintahan. Memang mereka tidak terbiasa dan sejatinya tidak punya pengalaman menjadi kekuatan diluar pemerintahan. Peristiwa ini bukan tidak diketahui oleh Pak Prabowo dan GERINDRA, tetapi apa boleh buat, itulah politik. Kali inipun hanya ada satu obat bagi pak Prabowo, untuk mengatasi galau politik. “Saya harus ikhlas”, walaupun mereka mencederai begitu massif kepada saya.
Akhirnya Pak Prabowo teringat peristiwa-peristiwa masa silam, ketika itu PPP maksudnya adalah Drs. Suryadharma Ali, MSi , menghianati kesepakatan yang telah dibuatnya dengan Pak Prabowo. SDA secara terang-terangan lompat pagar, memberikan peluk cium kerja sama dengan DEMOKRAT. Persoalannya sebenarnya sepele saja, untuk ukuran Pak Prabowo, hanya soal uang yang tidak berarti. “Saya harus ikhlas, Saya harus ikhlas” itulah pesan Bapak Guru saya, yang sangat aku hormati, “GUS DUR”.
Sumber : Kompasiana.
Kini SDA tampak seperti karikatural robot, kebingungan, raut muka menunjukan rasa percaya dirinya kian merosot, tidak tampak seorang figure politikus ulung yang disegani. Bagaimana tidak, dalam beberapa bulan terakhir ini hujatan kritikan, datang silih berganti, Yang paling mencengangkan banyak pihak, ketika KPK menetapkan SDA sebagai tersangka korupsi dana haji. Bagaimana tidak, bukankah SDA seharusnya menjadi contoh keteladanan untuk anak-anak bangsa ini? Contoh keteladanan perilaku, terutama dalam mengedepankan kejujuran, amanah.? Berani mawas diri, dan instropeksi, mulat sari angrasa wani.
Apa yang dilakukannya selama ini, sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama, sehingga merupakan pukulan telak dan sangat telak, bahkan menjungkirbalikan kepercayaan masyarakat, khususnya kepada institusi agama yang dipimpinnya. Untuk seorang SDA dengan jabatannya sebagai menteri Agama, berarti bosnya birokrat di jajaran kementeriannya. SDA adalah pinpinan birokrasi dari sebuah lembaga keagamaan pemerintah, alangkah kontras perilaku nya dengan amanah yang diembannya. Dia sudah memanfaatkan peluang kepemimpinannya, digunakan untuk perbuatan haram, memberikan penunjukan tidak sah terhadap teman atau mungkin kerabatnya yang lain untuk berangkat ke tanah suci, tanpa menghiraukan banyak antrian yang bertahun-tahun menunggu gilirannya dengan penuh harap dan cemas.
Pak Prabowo Bertubi-tubi Di Cederai Oleh PPP (Partai Persatuan Pembangunan)
SDA adalah ketua umum partai politik, malah merupakan partai agama, dampaknya sangat besar, kepada diri sendiri, akan tetapi juga kepada orang lain, keluarga, sahabat, bahkan bangsa ini. Tidak terkecuali, kepada Pak Brabowo sebagai partner hubungan sosial politiknya. Apa korelasinya dengan Pak Prabowo, dalam peristiwa ini, sangat jelas Pak Prabowo sangat dirugikan. Bukankah Hubungan sosial politik dibangun bukan saja untuk saling memperkuat dan saling memberikan kontribusi dalam kebaikan antar PPP dan GERINDRA, tetapi juga untuk membangun bangsa ini kedepan, agar lebih baik harkat dan martabatnya? Menciptakan kesejahteraan rakyat, dan keadilan sosial?
SDA telah melakukan langsung praktek kolusi , nepotisme, menggunakan fasilitas Negara, memberangkatkan kolega dan kerabat, yang seharusnya tidak dilakukannya. Hal ini membuat masyarakat anti pati, tentu saja Prabowo terkena getahnya, berakibat menurunkan elektabilitasnya di publik. Prediksi Pihak Prabowo saat itu, bahwa pemilu presiden tentu akan dimenangkannya, tidaklah berlebihan. Bukankah GERINDRA partai yang relative lebih muda dari PPP mampu menempatkan dirinya menjadi peringkat ke tiga terbesar setelah GOLKAR? Prabowo juga sangat memperhatikan kaum tani, dan pedagang kecil, ini dibuktikan dengan kepercayaan publik kepada Prabowo untuk memimpin HKTI, APPSI, dan organisasi lainnya. Disamping berhasil menghimpun kekuatan rakyat bawah, Prabowo juga professional bidang bisnis, disegani kawan dan lawan. Kali Prabowo lengah, SDA yang berbuat, tetapi diri Prabowo dan GERINDRA yang ikut rugi. Tetapi “saya harus memaafkannya”.
Prabowo tidak putus asa, ia dan kawan-kawannya terus berjuang dengan memompa diri menarik dukungan rakyat, hasilnya positif, dengan adanya peningkatan tingkat kepercayaan rakayat yang naik secara signifikan sejak medio pebruari 2014 sd pekan pertama bulan Agustus 2014. Hasil survey begitu melejit grafik survey hampir memotong popularitas Jokowi, bahkan sebagian hasil dari lembaga survey yang lain, Prabowo sudah leading terhadap popularitas Jokowi. Tetapi apa yang terjadi pada babak final? Semua hitung matematis, prediksi para pakar, harapan , semuanya lenyap. Apa sebenarnya, factor utama penyebab tak tercapainya kemenangan di pihak Pak Prabowo? Tidak lain, karena terimbas langsung pengaruh perbuatan dari SDA yang “melik nggendong lali”. Yaitu kasus Korupsi, korupsi, dengan ditetapkannya SDA sebagai tersangka dugaan penyelewengan penyelenggaraan dana haji, termasuk pengadaan pemondokan haji dan katering oleh KPK. Pak Prabowo dan GERINDRA-nya sekaligus, terkena imbas yang sangat menyakitkannya, yaitu menurunnya lagi popularitasnya Pak Prabowo.
Kerugian Pak Prabowo dan GERINDRA-nya bertambah, ketika SDA nekad menghadiri di acara kampanye calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Gegap gempita suara kampanye, Dengan suara penuh semangat mereka menyampaikan jadilah pemimpin yang tidak berbohong, jadilah pemimpin yang jujur. Sekarang ini ada jaman edan karena pemimpin senang berbohong, orang jujur dihancurkan, padahal agama mengajarkan kejujuran. Masyarakat yang menyaksikan langsung, maupun melalui layar tv, bukan menjadi terang benderang pemahamannya terhadap Pak Prabowo, dan bagaimana memilih pemimpin yang jujur, tetapi dibuat bertambah bingung. Sebabnya adalah kehadiran SDA dalam acara kampanye tersebut. Bagaimana tidak, mensuarakan kejujuran, tetapi yang datang SDA, orang yang lagi tersandera ketidakjujuran. Bagaimana reaksi Pak Prabowo, atas kehadiran SDA? Sesaat tentu dibuatnya bingung, akan tetapi, mengingat SDA adalah salah seorang tokoh yang dihormati dikalangan umat, Pak Prabowo-pun maklum. Ya diterima dengan baik. Diterima dengan ikhlas. Walaupun dalam, hatinya mengatakan, kedatangan SDA kali ini tidak membawa kontribusi positip, lagi-lagi kerugian moral, bahkan menurunkan semangat para pendukung kampanye. Dan paling dikhawatirkan adalah masyarakat mensikapinya dengan sisnis.
Lagi-lagi kisruh muncul lagi, datangnya hanya dari satu partai politik di koalisi Merah Putih, Walaupun hanya dari SDA, bolak-balik dari SDA, tetapi dampak hamtaman begitu terasa yang menimpa Pak Prabowo dan Gerindra, ketika para elite partai PPP beramai-ramai menyalahkan SDA atas kehadirannya di Kampanye Pak Prabowo. Mereka beralasan kedatangan Ketum PPP SDA ke kampanye Gerindra, sangat menurunkan suara partai. Kekisruhanpun muncul, saling tuding, mempertahankan argument masing-masing. Kekisruhan berujung pada pemecatan Waketum Suharso Monoarfa, Ketua DPW Jabar Rahmat Yasin, Ketua DPW Jatim Musyaffa Noer, Ketua DPW Sulsel Amir Uskara, dan Ketua DPW Sumut Fadli Nursal. Dampaknya adalah ada pihak yang diuntungkan (Ya Pak Jokowi), demikian pula ada pihak lain yang dirugikan. Pak Prabowo dan GERINDRA, sekali lagi dirugikan secara moral politik. Koalisi dibangun sedikitnya untuk penyeimbang, kalau munkin dapat mengendalikan dan mengontrol lawan politiknya, kalau bisa lagi ya untuk meng impeach (ini jahat jangan ditiru). Masyarakat dengan mudah menilai, koalisi yang dibentuk Prabowo sangat rapuh. Kelak seandainya Koalisi merah putih menang, jaminan terciptanya pemerintahan stabil sulit tercapai.
Konflik internal di partai berlambang Ka’bah inipun berlanjut, SDA diberhentikan oleh sejumlah petinggi partai, mulai dari Sekjen M. Romahuemuziy, Wakil Ketua Umum Emron Pangkapi, dan Suharso Monoarta. Dari kubu SDA membalasnya dengan mengeluarkan keputusan pemecatan terhadap sejumlah petinggi partai, karena dianggap tidak mentaati AD/ART. Huru hara yang menimpa PPP, kali inipun hakekatnya pukulan bagi Prabowo dan Gerindra, pelan-pelan tapi pasti, rakyat semakin muak, akibat serius adalah Prabowo banyak ditinggalkan baik oleh kawan politiknya, “Gara-Gara Berteman Dengan SDA”.
Gejala ini sudah mulai terlihat. Hadirnya Emron Pangkapi Plt Ketua Umum PPP di Rakernas PDIP September ini. Apalagi Suharso Monoarta dan Pak Hamzah Haz , sudah jauh hari sering melakukan pendekatan politik dengan Megawati. Dua orang tokoh senior partai berlambang ka’bah, kadang malah bermanufer lewat lorong-lorong politik, siapa kader PPP yang digaet untuk mendukungnya. Mereka adalah para kader muda partai, yang notabene paradigma politiknya masih sederhana, harus berada di kubu pemerintahan. Memang mereka tidak terbiasa dan sejatinya tidak punya pengalaman menjadi kekuatan diluar pemerintahan. Peristiwa ini bukan tidak diketahui oleh Pak Prabowo dan GERINDRA, tetapi apa boleh buat, itulah politik. Kali inipun hanya ada satu obat bagi pak Prabowo, untuk mengatasi galau politik. “Saya harus ikhlas”, walaupun mereka mencederai begitu massif kepada saya.
Akhirnya Pak Prabowo teringat peristiwa-peristiwa masa silam, ketika itu PPP maksudnya adalah Drs. Suryadharma Ali, MSi , menghianati kesepakatan yang telah dibuatnya dengan Pak Prabowo. SDA secara terang-terangan lompat pagar, memberikan peluk cium kerja sama dengan DEMOKRAT. Persoalannya sebenarnya sepele saja, untuk ukuran Pak Prabowo, hanya soal uang yang tidak berarti. “Saya harus ikhlas, Saya harus ikhlas” itulah pesan Bapak Guru saya, yang sangat aku hormati, “GUS DUR”.
Sumber : Kompasiana.
Written by: Dede Anna
Menghidupkan Komunikasi, Updated at: 11:15 PM
0 komentar:
Post a Comment